cahaya: DOA KETIKA MENDAPATKAN MUSIBAH
Doa berikut ini d...: DOA KETIKA MENDAPATKAN MUSIBAH Doa berikut ini diajarkan oleh Rasulullah SAW dan dibaca pada saat kita sedang tertimpa bencana / musibah....
cahaya
Monday 15 August 2016
Doa Nurbuat atau Nurun Nubuwwah
Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Kathir meriwayatkan sebuah hadits riwayat Ibnu Asakir :
Dan berikut adalah Lafadz Bacaan Doa Nurbuat Bahasa Arab dan Terjemahannya
عن علي – رضي الله عنه - : ( أن جبريل أتى النبي صلى الله عليه وسلم
فوافقه مغتماً فقال : يا محمد ، ما هذا الغم الذي أراه في وجهك ؟ قال "
الحسن والحسين أصابتهما عين " قال : صدِّق بالعين ، فإن العين حق ، أفلا
عوذتهما بهؤلاء الكلمات ؟ قال : " وما هن يا جبريل " قال : قل اللهم ذا
السلطان العظيم ، ذا المن القديم ، ذا الوجه الكريم ، ولي الكلمات التامات ،
والدعوات المستجابات ، عافِ الحسن والحسين من أنفس الجن وأعين الإنس
فقالها النبي صلى الله عليه وسلم فقاما يلعبان بين يديه ، فقال النبي صلى الله عليه وسلم : " عوّذوا أنفسكم ونساءكم وأولادكم بهذا التعويذ ، فإنه لم يتعوذ المتعوذون بمثله
فقالها النبي صلى الله عليه وسلم فقاما يلعبان بين يديه ، فقال النبي صلى الله عليه وسلم : " عوّذوا أنفسكم ونساءكم وأولادكم بهذا التعويذ ، فإنه لم يتعوذ المتعوذون بمثله
Artinya :
Artinya: Dari Ali bin Abi Thalib bahwa malaikat Jibril datang pada Nabi
yang sedang tampak sedih. Jibril bertanya: Wahai Muhammad, kenapa
wajahmu tampak sedih? Nabi menjawab: Hasan dan Husain sedang sakit mata.
Jibril berkata: sembuhkan matanya karena mata punya hak. Apakah kamu
tidak mendoakan keduanya dengan kalimat-kalimat itu? Nabi bertanya:
Kalimat apa? Jibril menjawab: Katakan "اللهم ذا السلطان العظيم ذا المن
القديم ، ذا الوجه الكريم ، ولي الكلمات التامات ، والدعوات المستجابات ،
عافِ الحسن والحسين من أنفس الجن وأعين الإنس"
Kemudian Nabi mengucapkan doa tersebut maka Hasan dan Husain langsung
dapat berdiri dan bermain di sekitar Nabi. Nabi bersabda: mintalah
perlindungan untuk dirimu, istrimu dan anak-anakmu dengan doa ini.
Dan berikut adalah Lafadz Bacaan Doa Nurbuat Bahasa Arab dan Terjemahannya
اَللّٰهُمَّ ذِى السُّلْطَانِ الْعَظِيْمِ ، وَذِى الْمَنِّ الْقَدِيْمِ ،
وَذِي الْوَجْهِ الْكَرِيْمِ ، وَوَلِيِّ الْكَلِمَاتِ التَّآمَّاتِ ،
وَالدَّعَوَاتِ الْمُسْتَجَابَةِ ، عَاقِلِ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ مِنْ
اَنْفُسِ الْحَقِّ ، عَيْنِ الْقُدْرَةِ والنَّاظِرِيْنَ ، وَعَيْنِ
الْاِنْسِ وَالْجِنِّ ، وَاِنْ يَّكَادُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَيُزْ
لِقُوْنَكَ بِاَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُوْلُوْنَ
اِنَّهُ لَمَجْنُوْنَ ، وَمَا هُوَ اِلاَّ ذِكْرٌ لِلْعَالَمِيْنَ ،
وَمُسْتَجَابُ لُقْمَانَ الْحَكِيْمِ ، وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَوُدَ
عَلَيْهِمَا السَّلَامُ الْوَدُوْدُ ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيْدِ ، طَوِّلْ
عُمْرِيْ ، وَصَحِّحْ اَجْسَادِيْ ، وَاقْضِ حَاجَتِيْ ، وَاَكْثِرْ
اَمْوَالِيْ وَاَوْلَادِيْ ، وَحَبِّبْ لِلنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ ،
وَتَبَاعَدِ الْعَدَاوَةَ كُلَّهَا مِنْ بَنِيْ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ ،
مَنْ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَي الْكَافِرِيْنَ ، وَقُلْ
جَآءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ، اِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا ،
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَاهُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
، وَلَايَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا ، سُبْحَانَ رَبِّكَ
رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ ، وَسَلَامٌ عَلَي الْمُرْسَلِيْنَ ،
وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Artinya :
Ya Allah, Zat Yang memiliki kekuasaan yang agung, yang memiliki anugerah yang terdahulu, memiliki wajah yang mulia, menguasai kalimat-kalimat yang sempurna, dan doa-doa yang mustajab, penanggung Hasan dan Husain dari jiwa-jiwa yang haq, dari pandangan mata yang memandang, dari pandangan mata manusia dan jin.Dan sesungguhnya orang-orang kafir benar-benar akan menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, ketika mereka mendengar Al-Quran dan mereka berkata: “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila, dan Tiadalah itu semua melainkan sebagai peringatan bagi seluruh alam. Allah yang mengabulkan do’a Luqmanul Hakim dan mewariskan Sulaiman bin Daud A.S. Allah adalah Zat Yang Maha Pengasih lagi memiliki singgasana yang Mulia, panjangkanlah umurku, sehatlah jasad tubuhku , kabulkan hajatku, perbanyakkanlah harta bendaku dan anakku, cintakanlah semua manusia, dan jauhkanlah permusuhan dari anak cucu Nabi Adam A.S., orang-orang yang masih hidup dan semoga tetap ancaman siksa bagi orang-orang kafir. Dan katakanlah: “Yang haq telah datang dan yang batil telah musnah, sesungguhnya perkara yang batil itu pasti musnah”.Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Quran tidak akan menambah kepada orang-orang yang berbuat aniaya melainkan hanya kerugian. Maha Suci Allah Tuhanmu Tuhan Yang Maha Mulia dari sifat-sifat yang di berikan oleh orang-orang kafir.Dan semoga keselamatan bagi para Rasul.Dan segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam.
Sunday 14 December 2014
TIPS AGAR DISAYANG SUAMI
CARA AGAR DISAYANG SUAMI
Dalam sebuah kehidupan rumah tangga keharmonisan hubungan suami istri sangat diidam - idamkan bagi setiap pasangan. apalagi di era sekarang mempertahankan keharmonisan tersebut memerlukan sedikit usaha. Banyak hal sebenarnya dapat kita lakukan (khususnya bagi istri) agar dapat selalu disayang oleh suaminya. Berikut Tips nya :
1. Taat.
Suami dengan
segala kelebihannya telah dijadikan Allah sebagai pemimpin bagi wanita.
Keluarga ibarat sebuah kapal, maka mestilah ada yang menahkodainya. Itulah
suami yang yang akan membawanya kemana kapal berlabuh. Karena itu, istri
shalihah harus senantiasa mematuhi suaminya, kecuali dalam maksiat kepada
Allah. Rasulullah saw. bersabda:
Seandainya
aku memerintahkan agar seseorang bersujud kepada orang orang lain maka pasti
(yang paling dulu) aku memerintahkan agar seorang wanita (istri) bersujud
kepada para suaminya. (HR at-Tirmidzi).
2. Pandai
menjaga amanatnya sebagai ibu (ummie).
Tugas utama
seorang ibu adalah merawat (baik dari sisi fisik maupun psikologisnya),
membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Tugas ini tidak boleh diabaikan. Agar suami
senang, anak harus selalu terawat kebersihan-nya, juga kondisi psikologisnya.
Akan sangat tidak enak tentunya kalau suami pulang ke rumah melihat anak-anak
yang masih tampak kotor karena belum mandi sore, atau menangis tidak mau
berhenti hanya karena ibunya tidak peka melihat keinginan anak. Kegesitan dan
kecermatan ibu ketika pagi hari harus menyiapkan anak-anak yang akan berangkat
sekolah juga akan membuat suasana rumah terasa lebih segar. Dengan begitu,
suami juga akan merasa tenang ketika akan memulai aktivitasnya.
3. Pandai
menjaga amanat sebagai pengatur rumah tangga (rabbah al-bayt).
Rumah akan
sangat terasa nyaman jika senantiasa tampak tertata, teratur dan bersih. Fisik
rumah tentu bukan menjadi syarat utama. Yang penting, bagaimana istri bisa
mengatur dan menjaga kebersihan rumah sehingga semua anggota keluarga, termasuk
suami, betah tinggal di dalamnya.
4. Pandai
menjaga diri, kehormatan dan harta suami.
Ketika suami
tidak di rumah, istri shalihah harus pandai menjaga diri dan harta suami dengan
sebaik-baiknya. Ia tidak sembarangan menerima tamu di rumah atau melakukan
aktivitas yang tidak ada manfaatnya, seperti ngobrol ngalor-ngidul dengan
tetangga yang kadang secara tidak sengaja akan bercerita tentang keburukan
suami atau keluarga.
Rasulullah
saw. bersabda:
Tidak ada
sesuatu yang berfaedah bagi seorang Mukmin setelah ketakwaan yang lebih baik
baginya daripada seorang istri shalihah, yakni…yang jika suaminya tidak ada di
sisinya, ia menjaga diri dan harta suaminya. (HR Ibn Majah).
5. Berilah
penghargaan dan kejutan.
Semua orang,
tak terkecuali suami, sangat senang jika dihargai. Penghargaan tidak selalu
dalam wujud materi, tetapi bisa pujian atau pelukan mesra. Cobalah sekali-kali
bawakan oleh-oleh kesukaannya saat dia dengan rela menjaga anak-anak ketika
istri harus keluar rumah untuk berdakwah; kirimkan sms penuh kebanggaan ketika
suami selesai mengisi dengan sukses sebuah acara sebelum peserta memberikan
applause; atau berilah hadiah spesial pada saat-saat tertentu.
6.
Menyenangkan jika dipandang.
Nabi
Muhammad saw. bersabda: Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia
adalah wanita shalihah. (HR Muslim).
Tidak ada
sesuatu yang berfaedah bagi seorang Mukmin setelah ketakwaan yang lebih baik
baginya daripada seorang istri shalihah, yakni yang jika suami memerintahnya,
ia menaatinya; jika suaminya memandangnya, ia membuat suaminya bahagia… (HR Ibn
Majah).
Perempuan
cantik memang enak untuk dipandang. Namun, kecantikan fisik bukan segalanya,
karena istiri semakin lama juga akan semakin tua. Buatlah suami agar selalu
merasa senang dan betah di rumah dengan memberi kesetiaan yang ikhlas, senyuman
yang tulus dan menawan, serta cinta dan pengorbanan. Panggillah dengan
panggilan yang paling dia sukai.
7. Bertutur
kata lembut.
Saling
menasihati antar suami-istri harus selalu dilakukan. Bagaimanapun, tidak ada
manusia yang sempurna. Siapa pun suatu saat bisa melakukan kesalahan. Karena
itu, penting istri untuk tidak lupa mengingatkan suami ketika dia alpa.
Lakukanlah semua itu dengan penuh kelembutan. Pilihlah kata-kata yang baik dan
santun selama berdialog. Rendahkan nada bicara dan usahakan dengan intonasi
yang terkontrol. Kata-kata yang baik, jika disampaikan dengan cara yang lembut,
akan melahirkan kekuatan yang besar. Semua itu, insya Allah, akan bisa
menggerakkan jiwa yang lemah, membangkitkan semangat orang yang putus asa, dan
menenteramkan hati yang gelisah. Ia juga akan meluluhkan sikap yang kaku
sehingga nasihat yang semula tidak bisa masuk berubah menjadi nasihat yang
menggugah dan menyadarkan.
8. Tidak
membebani, tetapi membantu mencari solusi.
Kehidupan
berumah tangga tentu tidak lepas dari persoalan. Sebagai istri shalihah, ketika
persoalan itu datang, bantulah suami untuk mencari solusi. Kalau tidak mampu,
jangan menambah persoalan baru atau bahkan menuntut sesuatu di luar batas
kemampuan-nya. Persoalan-persoalan kecil yang mampu diselesaikannya sendiri dan
tidak memerlukan izin suami, selesaikanlah dengan segera. Jadikanlah diri istri
menjadi tempat yang nyaman buat suami untuk mengadu dan menumpahkan kepenatan
setelah seharian keluar rumah untuk mencari rezeki atau berdakwah. Biasakan
untuk selalu bersyukur dengan semua nikmat yang didapat, bersabar ketika
menghadapi kesulitan, tawakal jika mempunyai rencana, dan bermusyawarah dalam
menyelesaikan persoalan.
9. Pandai
melayani suami.
Urusan
perempuan memang tidak hanya seputar sumur, dapur dan kasur. Namun, istrilah
yang bertanggung jawab untuk ketiga urusan itu. Bisa saja ada pembantu yang
memasak, tetapi menyiapkan makan, minum dan segala keperluan suami di dalam
rumah merupakan kewajiban istri. Lakukan semua itu dengan ikhlas dan penuh rasa
cinta. Tentu akan berbeda rasanya teh manis buatan istri tercinta dibandingkan
dengan buatan pembantu. Insya Allah, akan terasa lebih nikmat. Jadilah istri
yang selalu siap “melayani” suami dan pandai membuatnya “bergairah”.
10. Jadilah
pemaaf dan ringan berterima kasih.
Manusia
selamanya tetap manusia, yang memiliki sifat pelupa dan khilaf. Wajar jika
suami atau istri sekali waktu berbuat keliru. Karena itu, diperlukan upaya
saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran agar tetap di jalan Allah.
Jadilah istri yang pemaaf dan tahu berterima kasih.
Monday 1 December 2014
Niat Mandi Wajib dan Tata caranya
Niat Mandi Wajib Dan Tata Caranya
Adapun Tata Cara Mandi Wajib antara lain :1. Niat
Sebelum memulai tentu setiap pekerjaan di awali dengan niat, adapun lafadz Niat tersebut ada beberapa jenis antara lain :
a. Mandi Dikarenakan Keluar Mani Dengan Sengaja, Mimpi basah, dan senggama maka niat mandi besarnya adalah
BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAL JANABATI FARDLON LILLAHI TA’ALAArtiya Dengan menyebut nama Allah Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari jinabah, fardlu karena Allah Ta’ala
b. Jika mandi besarnya disebabkan karena haid maka niat mandi besarnya adalah
BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAL HAIDI FARDLON LILLAHI TA’ALAArtinya Dengan menyebut nama Allah Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari haidl, fardlu karena Allah Ta’ala
c. Jika mandi besarnya disebabab karena nifas, maka niyat mandi besarnya adalah
BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITU GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAN NIFASI FARDHAN LILLAHI TA’ALAArtinya Dengan menyebut nama Allah Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari nifas, fardlu karena Allah Ta’ala
2. Mencuci Kedua Telapak Tangan
Setidaknya aktifitas mencuci telapak tangan ini dilakukan setidaknya 2 (dua) sampai 3 (tiga) kali sebelum membasuh seluruh tubuh kita dengan air, hal ini dikuatkan dengan riwayat Aisyah Radiallahu’anha yaitu :
“Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari Bapaknya dari ‘Aisyah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena janabat, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat, kemudian memasukkan jari-jarinya ke dalam air lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR Bukhari no. 240, Muslim no. 474)
3. Mencuci Kemaluan dengan Tangan Kiri dan kemudian menggosokkannya ke tanah
Setelah mencuci telapak tangan hendak lah terlebih dahulu memcuci kemaluan dengan tangan kiri, hal ini diriwayatkan oleh Maimunah Radiallahu ‘anha yaitu :
“Telah menceritakan kepadaku Ali bin Hujras-Sa’di telah menceritakan kepadaku Isa bin Yunus telah menceritakan kepada kami al-A’masy dari Salim bin Abi al-Ja’di dari Kuraib dari Ibnu Abbas dia berkata, “Bibiku, Maimunah telah menceritakan kepadaku, dia berkata, ‘Aku pernah membawa air mandi kepada Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam karena junub, Lalu beliau membasuh dua tapak tangan sebanyak dua atau tiga kali. Kemudian beliau memasukkan tangan ke dalam wadah berisi air, lalu menyiramkan air tersebut ke atas kemaluan serta membasuhnya dengan tangan kiri. Setelah itu, beliau menggosokkan tangan kiri ke tanah dengan pijatan yang kuat, lalu berwudhu sebagaimana yang biasa dilakukan untuk mendirikan shalat. Kemudian beliau menuangkan air yang diciduk dengan dua telapak tangan ke kepala sebanyak tiga kali sepenuh telapak tangan. Lalu beliau membasuh seluruh tubuh, lalu beralih dari tempat tersebut dan membasuh kedua kaki, kemudian aku mengambilkan handuk untuk beliau, tetapi beliau menolaknya.” Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ash-Shabbah, Abu Bakar bin Abi Syaibah, Abu Kuraib, al-Asyajj, dan Ishaq semuanya dari Waki’ –lewat jalur periwayatan lain–, dan telah menceritakan kepada kami tentangnya Yahya bin Yahya dan Abu Kuraib keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah keduanya dari al-A’masy dengan sanad ini, dan tidaklah dalam hadits keduanya lafazh, “Menyiramkan air tiga kali sepenuh telapak tangan pada kepala.” Dan dalam hadits Waki’ terdapat gambaran wudhu seluruhnya. Dia menyebutkan berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung. Dan dalam hadits Abu Mu’awiyah tidak menyebutkan handuk.” (HR. Muslim no. 476)
4. Berwudhu
Wudhu adalah salah satu aktifitas yang menurut sebagian besar para ulama hukumnya sunnah, namun ada beberapa perbedaan pendapat dari para ulama tentang tata cara berwudhu dalam prosesi mandi junub, ada yang berpendapat bahwa saat mandi wajib mencuci kedua telapak kaki adalah untuk mengakhiri mandi junub. Namun di telaah secara teliti berwudhu sempurna adalah wudhu yang dilakukan ketika hendak shalat, namun dalam mandi junub terkadang mencuci kaki dalam wudhu dilakukan saat akan mengakhiri mandi junub.
5. Menyela-nyela pangkal rambut dan membasuhnya
Rasulullah melaksanakan mandi junub/mandi besar melakukan hal ini, Beliau memasukkan jari-jari kedalam air dan menggosokkannya kepada kulit kepala. ini dimaksudkan bahwa Beliau mempergunakan air untuk membasahi kulit kepala agar semua bagian tubuh terkena air mandi wajib. setelah itu Rasulullah menuangkan air ke kepala beliau setidaknya tiga kali. hal ini diriwayatkan oleh Aisyah Radiallahu ‘anha yaitu
“Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari Bapaknya dari ‘Aisyah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena janabat, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat, kemudian memasukkan jari-jarinya ke dalam air lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR. Bukhari No. 240)
6. Mandi dan mencuci Kaki
Pada bagian akhir ini setelah menyela rambut dan membasuhnya kita kemudian mandi seperti mandi pada umumnya namun perlu di ingatkan bahwa mandi junub diwajibkan agar air mengenai seluruh permukaan tubuh, setelah itu kemudian mencuci kaki
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya at-Tamimi telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari Aisyah dia berkata, “Dahulu apabila Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam mandi hadas karena junub, maka beliau memulainya dengan membasuh kedua tangan. Beliau menuangkan air dengan menuangkan air dengan tangan kanan ke atas tangan kiri, kemudian membasuh kemaluan dan berwudhu dengan wudhu untuk shalat. Kemudian beliau menyiram rambut sambil memasukkan jari ke pangkal rambut sehingga rata. Hingga ketika selesai, beliau membasuh kepala sebanyak tiga kali, lalu beliau membasuh seluruh tubuh dan akhirnya membasuh kedua kaki. Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id dan Zuhair bin Harb keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Jarir –lewat jalur periwayatan lain–, dan telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir –lewat jalur periwayatan lain–, dan telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair semuanya dari Hisyam dalam sanad ini, dan dalam lafazh mereka tidak ada ungkapan, ‘Membasuh kedua kakinya’, dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah telah menceritakan kepada kami Waki’ telah menceritakan kepada kami Hisyam dari bapaknya dari Aisyah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena junub, maka beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian menyebutkan sebagaimana hadits Abu Mu’awiyah, namun tidak menyebut, ‘membasuh kedua kakinya.” (HR. Muslim no. 474)
Wednesday 26 November 2014
DOA KETIKA MENDAPATKAN MUSIBAH
Doa berikut ini diajarkan oleh Rasulullah SAW dan dibaca pada saat kita sedang tertimpa bencana / musibah.
Doa berikut ini diajarkan oleh Rasulullah SAW dan dibaca pada saat kita sedang tertimpa bencana / musibah.
Bacaan Doa Tertimpa Musibah
“Innaa lillaahi wa-innaa ilaihi raa-ji’uuna. Allaahummaajirni fii mushiibatii wa'akhluf lii khairam minhaa”
Arti Doa Tertimpa Musibah
“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami akan kembali. Ya Allah, berikanlah aku pahala dalam musibah ini, gantilah musibahku ini dengan sesuatu yang lebih baik dari padanya. (H.R. Abu Daud)”
Subscribe to:
Posts (Atom)